Jumat, 06 Desember 2013

Lebih Indah dari Fiksi



“Aku berjanji akan selalu ada untukmu, bahkan ketika dunia berkata bahwa kamu tak sanggup menghadapinya, ketika semua orang melihatmu dengan mata angkuhnya dan bahkan dirimu sendiri-pun meragukanmu..”
***
Pagi ini suasana kelas begitu lengang, tampaknya hari ini ia sampai di sekolah terlalu pagi dari biasanya. Kanya adalah siswi di SMA Harapan Bangsa, saat ini ia duduk di bangku kelas 12. Ini adalah semester pertama di akhir masa putih abu-abu nya. Setiap hari ia gunakan untuk mempersiapkan ujian kelulusannya. Pantas saja karena dia adalah salah satu siswa teladan di sekolahnya. 

Hari ini Kanya tampil beda dari biasanya, ia mengenakan kardigan warna merah muda, rambutnya terurai dan matanya berbinar. “Astaga Kanya! Kamu cantik sekali hari ini... tidak biasanya kamu membiarkan rambutmu terurai..” kata Dini, teman sebangku Kanya. Dini adalah sahabat Kanya, dia sangat cuek dengan penampilannya. Tapi apapun itu dia adalah sahabat yang paling mengerti Kanya. “Hari ini ada tes masuk perguruan tinggi negeri, Din” Kanya menimpali. Sebenarnya apa hubungannya tes masuk perguruan tinggi dengan rambutnya yang terurai. Hal ini membingungkan dini. Sebelum pertanyaan berlanjut bel sekolah sudah berbunyi.
*KRIIINGG*


Pagi itu, pukul 09.30 mereka berdua pergi ke kantin. Kanya dan Dini melihat Rendy, pemuda yang hari itu tampak lesuh dan rambutnya sedikit kusut. “Kay, kamu gak nyapa Rendy? Tuh tuh dia di situ”. Dini terus menggoda Kanya. Tampaknya inilah pemuda yang membuat penampilan Kanya hari ini berubah. Rendy adalah sahabat Kanya dan Dini, namun seperti kata orang.. “Tidak ada persahabatan yang murni antara seorang laki-laki dan perempuan”. Dini mengerti betul sahabatnya ini menyimpan perasaan suka terhadap Randy sejak kelas 11, namun ia tidak berani mengatakannya. Ia hanya berani bersembunyi di balik label persahabatannya.
***
“Kay, kamu mau sampai kapan menyembunyikan perasaan itu ke Rendy? Apa kamu lupa ini tahun terakhir kita di sekolah ini?” Dini sedikit menakuti Kanya. Mendengar pernyataan ini Kanya menjadi sedikit lesu dan keluar kelas.
"Ren, kamu udah belajar buat tes snmptn?" Kanya menghampiri Rendy yang tersadar dari lamunannya. "Ahh kamu mengagetkan saja, hari ini sepertinya bukan hari baikku.. Aku selalu dituntut oleh orang tuaku untuk bisa masuk sekolah yang mereka impikan, tapi bukan impianku. Aku merasa ditekan, Kay. Dari kecil aku hanya bisa masuk ke sekolah yang biasa-saja. Tidak seperti kakak-ku yang selalu mampu mewujudkan impian orang tuaku. Teman-teman-ku pun menyepelekanku, mereka bilang aku tidak akan mungkin masuk PTN itu. Kamu-pun juga pasti tidak yakin denganku, bodohnya aku. Aku saja tidak yakin pada diriku sendiri!!” mata Randy mulai berkaca-kaca. Kanya hanya diam karena dia kaget dengan curhatan Rendy yang kelihatan sangat putus asa.

“Gimana kalo kita ke kelas musik, hari ini The TEA band tampil katanya!” Ajak Kanya dengan semangat sambil menarik tangan Rendy. Rendy yang masih lesu dan tampak tak bersemangat mengikuti langkah sahabatnya. “Ada satu lagu favoritku yang akan mereka bawakan, ini lagu yang selalu aku dengerin akhir-akhir ini. Lagu tentang kamu...” Kanya mulai serius dengan obrolannya. Suasana ramai di dalam ruang musik pun seakan terhenti oleh tatapan mata Kanya pada Rendy.
"Lagu apasih?" Rendy mulai penasaran dengan tingkahnya sahabatnya ini. Tiba-tiba terdengar intro dari The TEA yang mulai memainkan lagunya...

Seen you fall, seen you crawl on your knees, eh eh 
Seen you lost in a crowd, seen your colors fade 
Wish I could make it better 
Some day you won’t remember 
This pain you thought would last forever and ever”
“Proved me right, proved me right when you proved them wrong 
And in this perfect weather 
It’s like we don’t remember 
The rain we thought would last forever and ever”

“Kay, kamu dengerin lagu ini buat aku?” “Udah diem, dengerin dulu lagunya, pahami isinya. Kamu juga bakal tau gimana perasaanku selama ini..” Mereka tampaknya sangat menikmati lagu ini..

I’ll be one of the many saying 
Look at you now, look at you now, now 
I’ll be one of the many saying 
You made us proud, you made us proud, proud 
 they call yo
There you’ll stand, ten feet tall 
I will say, I knew it all along 
You eyes wider than distance 
This life is sweeter than fiction
(Sweeter Than Fiction by : Taylor Swift)

Tepuk tangan penonton seakan memecah keheningan yang mereka berdua rasakan. Ini juga tanda bahwa lagu telah usai.

“Ren, setiap aku denger lagu ini aku selalu inget kamu, satu hal yang harus kamu tahu. Aku, entah kamu menganggapku sahabat atau sekedar teman curhat yang kadang membosankan karena selalu menyuruhmu belajar. Tapi aku selalu percaya akan kemampuanmu, kamu pasti bisa membuktikan pada mereka yang selama ini meremehkanmu..” Kanya menghela nafasnya. “Kamu harus berjanji satu hal, terserah kalau kamu tidak percaya padaku, tapi jangan sampai kamu tak percaya pada dirimu sendiri.” Randy masih diam, ia kaget atas perkataan sahabatnya itu.
"Kita sudah dua tahunan ini bersahabat, aku menyukaimu. Terlebih aku menyukaimu ketika kamu bersemangat. Bersemangat atas hidup dan impianmu.. Dukunganku padamu 100%, begitu pula cintaku padamu.." "Aku akan jadi salah satu orang yang berdiri di samping keberhasilanmu nanti. Yakinlah! Usaha keras tak akan mengkhianati." Kanya mulai mengatur nafasnya yang dari tadi tak berhenti bicara.

Rendy menarik Kanya keluar dari kerumunan, ia mulai bicara serius. “Hey, jadi selama ini kamu menyukaiku? Kenapa tidak bilang? Maafkan aku yang selama ini tidak memahamimu.. Mulai saat ini, aku janji aku akan berusaha menggapai impianku. Aku akan mulai percaya pada diriku sendiri. Terimakasih Kay, kamu sudah percaya padaku.” “Tentang perasaanmu itu....”. “Jangan dipikirkan! Saat ini pikirkan tentang ujianmu dulu, aku hanya tidak ingin menyimpan ini terlalu lama, aku sudah sangat lega bisa mengungkapkan ini padamu. Hidup hanya sekali, aku ingin menikmatinya, karena hidup ini lebih indah dari cerita fiksi”. Tawa Kanya meledak. Kanya menepuk pundak Rendy dan melempar senyum yang sangat cantik untuknya. Dengan dukungan dari kanya, rendy menjadi yakin akan tujuannya. Mereka berduapun berjalan bersama menuju kelas.
***
“Cinta itu sederhana...
Melihatnya sukses menggapai impiannya saja sudah membuatmu bahagia..”

“Aku akan menjadi orang yang mengingatkanmu ketika kau mulai lupa arah dan tujuanmu, aku akan menjadi orang yang membangunkanmu saat kau mulai nyaman dengan lamunanmu agar kau sadar hidup ini lebih indah dari fiksi...”

Debut cerpen ini saya dedikasikan untuk dua sahabat saya, Tondo dan Elga. 
Mereka yang berkata dan meyakinkan saya bahwa saya bisa menulis seperti mereka.. 
Terimakasih untuk lagu kesukaan saya yang menjadi OST dari cerita ini, Sweeter Than Fiction by Taylor Switf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar