Senin, 20 Juli 2015

Bukan Manusia Bodoh

Aku heran tentang pendapat mereka yang mengataiku "Manusia Bodoh". Bodoh atas sikapku yang rela dipermainkan oleh perasaan yang berujung kepedihan. Menurutku ini bukan kepedihan, melainkan sebuah pengalaman. Mereka bebas berpendapat karena semua akan berakhir pada sebuah sudut pandang.


Hey! Masih ingat denganku? Aku Elena. Baiklah jika kau tak ingat. Tapi paling tidak kau ingat dengan wanita yang payah dengan kisah cintanya? Hmm...jangan bilang sekarang kau ingat. 


Jangan anggap aku adalah wanita yang mudah jatuh cinta. Bahkan aku sangat protektif dengan hatiku. Maklum, tak mau menyakitinya lagi. 


Aku percaya tak ada yang kebetulan, ini adalah bagian dari skenario Tuhan. Sebagai pemeran aku tak berhak protes atas skenarionya bukan? 

Beberapa bulan lalu, di musim yang tak jelas, dan diwaktu yang menuntunku bertemu dengannya. Bohong jika aku hanya bertemu dan tak berkenalan. Baiklah, namanya Arta. Aku heran apa yang bisa membuatku dekat dengannya. Aku hanya ingat bahwa ini bagian dari skenarioNya. 

Dua bulan berlalu dalam sebuah masa yang entah dapat kusebut sebagai "pendekatan" atau tidak. Perasaan ini samar, apakah sebuah cinta atau hanya terbiasa... yang kutahu Arta membiarkanku masuk ke dalam zona nyamanku dengannya. 

Bagaimana tidak, hampir setiap malam Ia mengajakku bertemu, entah untuk berbagi cerita atau sekedar makan malam bersama. Aku harus rela diolok oleh dua sahabatku karena hubungan "aneh"ku dengan Arta. Wajar saja, sudah sedekat ini namun aku dan Arta tak terikat status apapun melainkan sebuah teman. 

Kalau boleh jujur, aku tak mengharapkan status yang lebih. Status disamakan-pun sudah cukup bagiku. Namun kuakui bodohnya mulut ini yang pernah berkata bahwa aku mencintainya. Wake up El, kau mengakui itu pada dua sahabatmu yang totalitas kekampretannya tak tertandingi dan hmm setelahnya aku harus rela diolok-olok hingga mereka menangis saking puasnya tertawa. 

Sampai olokan mereka berubah menjadi sebuah pertanyaan serius, "Sebenarnya si Arta serius gak sih?" tanya Tondoman padaku. "Hmm.. Memangnya aku pantas berharap apa padanya?" jawabku dalam satu kali tarikan napas. 

"Jangan bodoh lagi, El.." ucap Aini pelan. Keduanya terdiam begitu pula aku. "Aku harus pergi, ada janji". kataku pada mereka sembari beranjak pergi. 

Tiada yang salah
Hanya aku manusia bodoh
Yang biarkan semua
Kini permainkanku berulang-ulang kali

Mencoba bertahan sekuat hati
Layaknya karang yang dihempas sang ombak
Jalani hidup dalam buai belaka
Serahkan cinta tulus di dalam takdir

Aku menunggu di kafe biasa kami bertemu, dengan alunan sebuah lagu dari Ada Band pun mengalun lirih memenuhi setiap sudut ruangan di kafe itu. Lagu ini menyindir atau apa, batinku.

"Udah lama nunggu ya El?" badanku menoleh ke arah sumber suara yang menyapaku. Ya, dia sudah di sini. "Lumayan, gak nyangka aja sampe ganti presiden dua kali. Haha" Dia tak pernah gagal membuatku menunggu, meski ini adalah pekerjaan yang paling kubenci. 

"Bulan depan aku harus pergi" sorot mata yang tak pernah kutemui sebelumnya. Nada bicara yang jarang ia lantunkan. "Kamu gila apa, bagus dong! Akhirnya kamu bisa capai cita-citamu!!" 
Hmm... apa ini adalah jawaban yang selama ini kutunggu? Aku tak begitu tertarik topik kami malam ini, kemudian Arta mengantarkanku pulang. 

Sepanjang perjalanan otakku terus berpikir. Baiklah. Kini aku benar-benar lelah. Apa aku harus menerima kenyataan bahwa akulah manusia bodoh itu, yang membiarkan cinta mempermainkanku dan kesendirian menertawakanku? Tidak! Aku tidak bodoh. Aku hanya sedang tidak beruntung.

Sampai di depan rumahku, Ia menaiki motor yang membawanya pergi. Entah untuk terakhir kali aku melihatnya atau ah... sungguh aku bosan untuk berharap. Untuk kesekian kalinya, aku adalah pihak yang harus berdiri dan melihat orang yang kucintai menjauh pergi. 


***

Cerpen kali ini dipersembahkan untuk sahabat saya, Elga Maulina Putri yang sudah menyelesaikan kewajiban kuliahnya dan segera akan menyandang gelar Sarjana Sosial. Harapannya masih seperti dulu, semoga kemampuan menyusun kata-kata yang indah tidak disalahgunakan untuk membuat janji-janji manis dan drama-drama sosial. Masyarakat menunggu kontribusimu... begitu pula jodohmu :)))) Congraduation Gupi aka Guli aka Drama Queen, percayalah TEA loves YOU {}

  









Tidak ada komentar:

Posting Komentar