Kamis, 30 Juli 2015

Angin yang Merindu


Aku ingin menjadi angin yang setia berhembus ke arahmu.
Meski yang kuhembuskan adalah angin rindu, ku harap kau tak pernah bosan kepadaku.

“Kriinnngggggg....” suara alarm yang diset menunjukkan tepat pukul 05.00. “Ahh...berisik saja” ujar Anggi sambil mematikan alarm yang dinyalakannya sendiri. Anggi adalah seorang gadis berusia 17 tahun. Pergaulannya luas, Ia banyak dikenal oleh guru, adik kelas, kakak kelas, bahkan alumni sekolahnya. Tidak hanya bermodal modis dan famous, Anggi adalah pelajar yang cerdas di kelasnya. Ia selalu menduduki ranking 3 besar semenjak duduk di tahun pertama. Anggi sangat beruntung karena punya banyak sahabat yang memahaminya. Rupanya manusia benar tak ada yang sempurna, kisah cintanya tak seberuntung kisah Lee Min Ho dan Park Shin Hye dalam serial The Heirs. 

Dalam benakku lama tertanam
Sejuta bayangan dirimu
Redup terasa cahaya hati
Mengingat apa yang tlah kau berikan

“Nay, semalam aku gak bisa tidur..” ujar Anggi pada sahabatnya, Nayla. “Ngapain kamu? Nonton Mister Tukul? Haha” canda Nayla sama sekali tak paham betapa gundahnya hati Anggi saat ini. “Apasih gak lucu!” ucap Anggi sangat serius kali ini. “Eh, maaf Nggi gak maksud... Emang kenapa? Kamu kangen dia ya?” sahut Nayla pelan. “Entahlah...” ujar Anggi sambil beranjak pergi.

***

“Apa aku benar-benar rindu? Aku tak begitu yakin. Namun aku tak bisa menampik bahwa semalam bayang wajahnya benar-benar seperti nyata” batin dan otaknya terus saja beradu, seperti menepis kenyataan bahwa Ia memang sedang merindu.

Waktu berjalan lambat mengiring
Dalam titian takdir hidupku
Cukup sudah aku tertahan
Dalam persimpangan masa silamku

Anggi berjalan pelan menuju kantin. Tempat duduk di sudut kantin menjadi pilihannya. Ia membawa segelas jus apel yang sudah dipesannya terlebih dahulu. Gadis ini terdiam, sesekali ia memelintir sedotan yang dipegangnya. Tempat ini mengingatkannya pada seseorang. Sedikit kenangan membawanya pergi ke dalam lamunannya.

***

“Bisa jadi ini terakhir kali kakak duduk di tempat ini” ujar seseorang pada Anggi. “Maksud kakak?” sahut Anggi pada lelaki ini. Namanya Radit, kakak kelas satu tahun di atas Anggi. Mereka sudah dekat, bahkan sangat dekat. Teman-temannya mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih, namun Radit tidak pernah mengungkapkan perasaannya pada Anggi, begitu pula gadis ini yang hanya bisa menunggu dan menyimpannya sendiri.

“Anggi sekolah yang rajin ya....tahun terakhir akan sangat berat dan sibuk” ucap Radit sambil meraih sesuatu dalam tasnya. “Ini ada sesuatu buat kamu” diserahkannya amplop berukuran sedang kepada Anggi. Gadis ini tampak kebingungan dengan apa yang Ia lihat di dalam amplop itu “Hah...kartu pos sebanyak ini?” ujar Anggi heran. “Ya.. kakak dapat beasiswa untuk melanjutkan studi, dan membaut kakak harus meninggalkan negeri ini. Kakak pengennya kamu masih sempat mengirimkan surat lewat kartu pos ini” Radit sedikit mengatur emosinya. Anggi hanya mengangguk, seakan menyembunyikan kehancuran dalam hatinya. Lelaki ini berlalu pergi, meninggalkan Anggi dengan segudang kartu pos yang menjadi saksi bisu kepergian Radit.

***

“Woy! Bel masuk tuh...” suara Nayla menyambar bagai petir yang mengoyak hati Anggi, membawanya kembali pada realita. Membuatnya sadar bahwa waktu terbaik itu telah berlalu. Radit benar-benar membuktikan omongannya bahwa waktu itu menjadi terakhir kali Ia berada satu meja dengan Anggi.

Semua tak sama
Tak pernah sama
Apa yang kusentuh
Apa yang kukecup

Sehangat pelukmu
Selembut belaimu
Tak ada satupun yang mampu
Menjadi sepertimu

Semua sudah tak lagi sama, dan pada akhirnya Anggi harus benar-benar merelakan kepergian Radit. Ia tak bisa terus hidup dalam bayang-bayangnya, tersiksa sendirian. “Aku akan melepasmu kak, bersama semua rasa yang selama ini kusimpan sendiri. Tapi ijinkan aku menjadi angin yang berhembus ke arahmu, yang setia membelaimu dan menyejukkan hatimu. Meski harus kuterima bahwa kehadiranku akan seperti angin yang mudah berlalu dan terlupakan, namun biarkan aku tetap menyimpanmu dalam rindu, karena semua tentangmu terlalu indah bagiku”

*** 

Cerpen ini adalah spesial tribute untuk sahabat saya, Bestira Agizta Wandara yang hari ini berulang tahun untuk kesekian kalinya. Semoga segala impianmu segera menjadi nyata, jikapun belum. Allah sangat paham apa yang kamu butuhkan, meski bukan yang kamu inginkan. Jangan jadi tua yang kampret dan menyebalkan....Hahaha.

OST by: Padi - Semua Tak Sama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar