Rabu, 26 November 2014

Perjalanan Hati: The Sweet of TEA

               
“Bersahabatlah dengan mereka yang menemani masa susahmu, bersedia menunggumu sejenak untuk melepas lelah, bukan orang yang menunggumu di puncak dan hanya menemani masa senangmu. Kemudian kau akan sadar bahwa kau tak akan menyerah untuk orang seperti mereka”.
Sudah tak terhitung berapa Rabu yang kita lewatkan tanpa bercanda untuk sekedar melepas tawa bersama. Kesibukan KKn dan segala kegiatan menyita waktu benar-benar menjadi tembok Cina bagi kami, TEA. Sampai pada suatu hari kami teringat pada sebuah rencana liburan yang kami sebut 3CM, semacam mirip dengan salah satu film yang mampu menyita perhatian jutaan penonton Indonesia.

Sebelum KKn, kami punya rencana bertemu kembali dan melakukan sebuah perjalanan. Seperti biasa, agen wisata kami Elga menjadi peta buta untuk menuntun kami ke tempat yang dituju. Banyak sekali pilihan tempat yang disodorkan kepada aku dan Tondo. Sampai akhirnya kami bertiga sepakat untuk memilih Gunung Andong! Wow hiking!! Naik tangga 3 lantai saja aku sudah terengah-engah. Apakabar Gunung Andong setinggi 1726 mdpl?! Apa aku bisa mencapai puncak bersama mereka? Tanyaku yang berujung ragu dalam hati.

Magelang, 18 Oktober 2014
Minggu pagi kulewatkan weekly activity-ku alias senam untuk pergi melakukan perjalanan dengan Tondo dan Elga. Malam sebelum pagi ini, Aku dan Tondo menanyakan perihal apa saja yang harus dibawa untuk melakukan pendakian hari ini. Tapi dengan kampretnya Elga menjawab, yang kurang lebih seperti ini: “Tidak ada yang harus dipersiapkan, ini adalah perjalanan hati. Bukan perjalanan fisik. Jadi siapkan hati kalian karena kita akan melakukan pencarian jati diri”.

Yang benar saja, aku sama sekali belum pernah mendaki gunung dan jawaban Elga benar-benar tidak menjawab pertanyaanku. Akhirnya aku hanya membawa minuman dan obat-obatan yang mungkin diperlukan selama pendakian. Sial, aku hampir lupa kalau aku takut ketinggian. Tapi, ini adalah perjalanan yang berbeda, Perjalanan Hati seperti kata Elga.


Pagi itu aku menunggu Elga yang akan menjemputku jam 6 pagi. Ohya, sebelumnya kami sempat berdebat tanpa akhir tentang jam keberangkatan. Karena tahu sendiri aku selalu bermasalah dengan waktu. Elga sampai di rumah sekitar pukul 06.15, terlambat 15 menit dari rundown yang Ia buat semalam. Baiklah akhirnya kami berdua berangkat ke Magelang untuk bertemu Tondo...!!!

Sampai di Magelang tepat sesuai jadwal yang dibuat Elga. Makin kesini Ia makin berbakat jadi pemandu wisata. Setelah berkumpul, tanpa bercakap lama kami langsung tancap gas ke TKP! Kali ini Tondo menjadi pemandu jalan karena ini adalah daerah kekuasaanya. FYI, untuk pertama kalinya kami tidak tersesat dan langsung sampai di tempat tujuan. Lancaaaaar jayaaaa!!!

Kami sempat mampir ke warung untuk membeli jajanan. Tondo membeli tissue basah yang ia bilang akan digunakan untuk buang air kecil saat mendaki. “Ini kan isinya ada 24 lembar, jadi masing-masing dapet kesempatan pipis 8 kali.” Ucap Tondo kepada kami.

Basecamp Gunung Andong!
Luar biasa! Kami sampai di basecamp pendakian Gunung Andong tepat waktu. Setelah mengisi buku dan membayar biaya parkir dan lainnya kami langsung mulai langkah pertama menuju puncak. Memulai perjalanan hati ini...
“Nanti selama pendakian kalo ketemu sama pendaki lain harus nyapa” kata Elga.
“Ngapain harus nyapa? Kan gak kenal” balas Tondo heran.
“Ya pokoknya sesama pendaki harus saling nyemangatin. Nurut aja”.  Ucap Elga lagi.

Baiklah, setelah mendapat wejangan dari Elga, aku dan Tondo paham harus melakukan apa ketika bertemu pendaki lain.  Target untuk melakukan pendakian ini adalah 2 jam, untuk pemula seperti kami. Mari kita buktikan saja....


Perjalanan Pendakian
Baru 15 menitan kami mendaki: “Ini jalannya nanjak gini sampai ke puncak?” Tanya Tondo. “Iya mungkin, di blog bilang medannya emang rada berat”. Jawab Elga. OKE FIX! Nanjaaaak teroooosss....

Beberapa kali kami bertemu pendaki lain dan saling memberi semangat. Tiap 5 menit kami berhenti untuk istirahat, tapi benar saja. Aku sangat lelah sampai detak jantungku bisa terdengar oleh telingaku. Elga dan Tondo menawarkan untuk istirahat. Akhirnya aku duduk di tepi dan menunduk saja sampai aku terbangun dan ternyata aku sudah tidur selama beberapa menit.

Setelah aku terbangun aku merasa menemukan nyawa keduaku, semangat yang baru. “Kamu kaya ikan mujaer di daratan” – Elga dengan kampretnya mengataiku. Tapi benar, rasanya aku memang hampir mati kelelahan. Bismillah, kami melanjutkan perjalanan. Elga membawakan tasku dan aku berjalan duluan. Membawa badanku saja aku memang sudah keberatan. Hmm payah sekali..


Langkah demi langkah kami lewati dengan bercanda dan saling mengampreti satu sama lain. Kalau capek ya berhenti, minum, tarik nafas, dan foto-foto. Perjalanan ini benar-benar kami nikmati. Sampai kami berpapasan dengan banyak orang yang hendak turun. Tak terasa kami sudah hampir sampai puncak. Kami bertemu dengan pasangan pemuda-pemudi yang hendak turun “Kok kaya pernah liat ya..” tanya Tondo. “Iya, mereka yang naiknya bareng kita tadi. Ngapain aja mereka kok cepet amat. Ndakinya aja susah kok cepet-cepet turun” Jawabku.

Entahlah yang pasti puncak benar-benar di depan mata!!!
Kami melihat beberapa tenda yang terpasang di samping puncak gunung. Setelah melihat jam ternyata kami melakukan pendakian selama 2,5 jam. Meleset dari perkiraan memang, namun tak masalah. Sangat bersyukur kami bertiga akhirnya bisa sampai di puncak. Kami tak mau menyia-nyiakan momen ini. 2 jam kami berada di puncak, memandang langit dan hamparan keindahan yang terbentang di bawah sana.

Berfoto dengan segala pose, dilanjutkan makan dan minum bekal, bercerita tentang kehidupan pasca KKn dan diakhiri dengan merekam lagu That Should Be Me yang sedang menjadi soundtrack kehidupan Elga saat itu.

Belum sampai bosan kami berada di puncak namun kami harus ingat daratan. Sekitar pukul 14.00 kami turun. Berbeda dengan saat naik, perjalanan turun lebih ringan dan cepat. Kami bahkan tidak banyak berhenti. Pukul 15.15 kami sampai kembali di basecamp Gunung Andong. Sudah sampai di Magelang kalau tidak mampir ke rumah Tondo kita akan menyesal. Akhirnya Tondo menggiring kami ke rumahnya. Di dalam rundown, Elga menjadwalkan kepulangan kami pukul 17.00 namun karena terlalu asyik di rumah Tondo akhirnya kami menanggalkan rundown dan menikmati sore bersama sembari melihat hasil jepretan selama di Gunung Andong.


Setelah hari mulai larut kami berdua berpamitan dengan Tondo, dan melanjutkan perjalanan ke Jogja. Sekitar pukul 20.30 Aku sampai di rumah dan Elga pun pamit pulang ke kosnya. Dalam perjalanan, kami terus bercerita tentang perjalanan lintas propinsi ini. Semua  cerita di dalamnya adalah LUAR BIASA.


Perjalanan ke puncak mengajarkan kami banyak hal: Mensyukuri ciptaanNya yang Maha Sempurna, menyadari bahwa kita hanya makhluk kecil yang seringkali sombong, Belajar arti persahabatan tentang kesabaran, keteguhan hati, kebersamaan melewati segala kesulitan, menanggalkan keegoisan, melipat gandakan toleransi untuk mencapai puncak bersama-sama.

Terimakasih telah menjemput dan mengantarkanku kembali ke rumah dengan selamat @ellgaeul.
Terimakasih atas jamuan makan malam dan sambutan hangat di rumah @thonthondo.
Terimakasih atas kesabaran kalian yang memberiku semangat untuk melanjutkan perjalanan dan tak mudah menyerah, menawarkan istirahat setiap 2 menit sekali karena napasku yang mudah terengah-engah, bersedia menungguku bobok siang di tengah perjalanan, membawakan tasku saat aku benar-benar keberatan dengan berat badanku, menawarkan uluran tangan untuk aku bangkit, selalu menoleh ke belakang dan menunggu langkahku yang pelan. Terimakasih untuk 2,5 jam perjalanan yang menambah arti persahabatan kita.

Lihat! : Rekam jejak Perjalanan Hati The Sweet ofTEA at Gunung Andong, Magelang.
Akhirnya kita menemukan satu aktivitas yang mempersatukan kita selain karaoke....yaitu NAIK GUNUNG!!!!! HAHAHA

2 komentar: