“Bersahabatlah dengan mereka yang menemani masa susahmu, bersedia menunggumu sejenak untuk melepas lelah, bukan orang yang menunggumu di puncak dan hanya menemani masa senangmu. Kemudian kau akan sadar bahwa kau tak akan menyerah untuk orang seperti mereka”.
Sudah tak terhitung berapa Rabu
yang kita lewatkan tanpa bercanda untuk sekedar melepas tawa bersama. Kesibukan
KKn dan segala kegiatan menyita waktu benar-benar menjadi tembok Cina bagi
kami, TEA. Sampai pada suatu hari kami teringat pada sebuah rencana liburan
yang kami sebut 3CM, semacam mirip
dengan salah satu film yang mampu menyita perhatian jutaan penonton Indonesia.
Sebelum KKn, kami punya rencana
bertemu kembali dan melakukan sebuah perjalanan. Seperti biasa, agen wisata
kami Elga menjadi peta buta untuk menuntun kami ke tempat yang dituju. Banyak
sekali pilihan tempat yang disodorkan kepada aku dan Tondo. Sampai akhirnya
kami bertiga sepakat untuk memilih Gunung Andong! Wow hiking!! Naik tangga 3 lantai saja aku sudah terengah-engah.
Apakabar Gunung Andong setinggi 1726 mdpl?! Apa aku bisa mencapai puncak
bersama mereka? Tanyaku yang berujung ragu dalam hati.
Magelang, 18 Oktober
2014
Minggu pagi kulewatkan weekly
activity-ku alias senam untuk pergi melakukan perjalanan dengan Tondo dan Elga. Malam
sebelum pagi ini, Aku dan Tondo menanyakan perihal apa saja yang harus dibawa untuk
melakukan pendakian hari ini. Tapi dengan kampretnya Elga menjawab, yang kurang
lebih seperti ini: “Tidak ada yang harus dipersiapkan, ini adalah perjalanan
hati. Bukan perjalanan fisik. Jadi siapkan hati kalian karena kita akan
melakukan pencarian jati diri”.
Yang benar saja, aku sama sekali belum pernah mendaki gunung dan jawaban Elga benar-benar tidak menjawab pertanyaanku. Akhirnya aku hanya membawa minuman dan obat-obatan yang mungkin diperlukan selama pendakian. Sial, aku hampir lupa kalau aku takut ketinggian. Tapi, ini adalah perjalanan yang berbeda, Perjalanan Hati seperti kata Elga.
Pagi itu aku menunggu Elga yang
akan menjemputku jam 6 pagi. Ohya, sebelumnya kami sempat berdebat tanpa akhir
tentang jam keberangkatan. Karena tahu sendiri aku selalu bermasalah dengan
waktu. Elga sampai di rumah sekitar pukul 06.15, terlambat 15 menit dari rundown
yang Ia buat semalam. Baiklah akhirnya kami berdua berangkat ke Magelang untuk
bertemu Tondo...!!!
Sampai di Magelang tepat sesuai jadwal yang dibuat Elga. Makin kesini Ia makin berbakat jadi pemandu wisata. Setelah berkumpul, tanpa bercakap lama kami langsung tancap gas ke TKP! Kali ini Tondo menjadi pemandu jalan karena ini adalah daerah kekuasaanya. FYI, untuk pertama kalinya kami tidak tersesat dan langsung sampai di tempat tujuan. Lancaaaaar jayaaaa!!!
Kami sempat mampir ke warung untuk membeli jajanan. Tondo membeli tissue basah yang ia bilang akan digunakan untuk buang air kecil saat mendaki. “Ini kan isinya ada 24 lembar, jadi masing-masing dapet kesempatan pipis 8 kali.” Ucap Tondo kepada kami.
Basecamp Gunung Andong!
Luar biasa! Kami sampai di
basecamp pendakian Gunung Andong tepat waktu. Setelah mengisi buku dan membayar
biaya parkir dan lainnya kami langsung mulai langkah pertama menuju puncak.
Memulai perjalanan hati ini...
“Nanti selama pendakian kalo
ketemu sama pendaki lain harus nyapa” kata Elga.
“Ngapain harus nyapa? Kan gak
kenal” balas Tondo heran.
“Ya pokoknya sesama pendaki harus
saling nyemangatin. Nurut aja”. Ucap
Elga lagi.
Baiklah, setelah mendapat wejangan dari Elga, aku dan Tondo paham harus melakukan apa ketika bertemu pendaki lain. Target untuk melakukan pendakian ini adalah 2 jam, untuk pemula seperti kami. Mari kita buktikan saja....
Perjalanan Pendakian
Baru 15 menitan kami mendaki: “Ini jalannya nanjak gini sampai ke puncak?” Tanya Tondo. “Iya mungkin, di blog
bilang medannya emang rada berat”. Jawab Elga. OKE FIX! Nanjaaaak
teroooosss....
Beberapa kali kami bertemu pendaki lain dan saling memberi semangat. Tiap 5 menit kami berhenti untuk istirahat, tapi benar saja. Aku sangat lelah sampai detak jantungku bisa terdengar oleh telingaku. Elga dan Tondo menawarkan untuk istirahat. Akhirnya aku duduk di tepi dan menunduk saja sampai aku terbangun dan ternyata aku sudah tidur selama beberapa menit.
Setelah aku terbangun aku merasa menemukan nyawa keduaku, semangat yang baru. “Kamu kaya ikan mujaer di daratan” – Elga dengan kampretnya mengataiku. Tapi benar, rasanya aku memang hampir mati kelelahan. Bismillah, kami melanjutkan perjalanan. Elga membawakan tasku dan aku berjalan duluan. Membawa badanku saja aku memang sudah keberatan. Hmm payah sekali..
Langkah demi langkah kami lewati
dengan bercanda dan saling mengampreti satu sama lain. Kalau capek ya berhenti,
minum, tarik nafas, dan foto-foto. Perjalanan ini benar-benar kami nikmati.
Sampai kami berpapasan dengan banyak orang yang hendak turun. Tak terasa kami
sudah hampir sampai puncak. Kami bertemu dengan pasangan pemuda-pemudi yang
hendak turun “Kok kaya pernah liat ya..” tanya Tondo. “Iya, mereka yang naiknya
bareng kita tadi. Ngapain aja mereka kok cepet amat. Ndakinya aja susah kok cepet-cepet
turun” Jawabku.
Entahlah yang pasti puncak benar-benar di depan mata!!!
Kami melihat beberapa tenda yang
terpasang di samping puncak gunung. Setelah melihat jam ternyata kami melakukan
pendakian selama 2,5 jam. Meleset dari perkiraan memang, namun tak masalah. Sangat
bersyukur kami bertiga akhirnya bisa sampai di puncak. Kami tak mau menyia-nyiakan
momen ini. 2 jam kami berada di puncak, memandang langit dan hamparan keindahan
yang terbentang di bawah sana.
Berfoto dengan segala pose,
dilanjutkan makan dan minum bekal, bercerita tentang kehidupan pasca KKn dan
diakhiri dengan merekam lagu That Should Be Me yang sedang menjadi soundtrack
kehidupan Elga saat itu.
Belum sampai bosan kami berada di
puncak namun kami harus ingat daratan. Sekitar pukul 14.00 kami turun. Berbeda dengan
saat naik, perjalanan turun lebih ringan dan cepat. Kami bahkan tidak banyak
berhenti. Pukul 15.15 kami sampai kembali di basecamp Gunung Andong. Sudah sampai
di Magelang kalau tidak mampir ke rumah Tondo kita akan menyesal. Akhirnya Tondo
menggiring kami ke rumahnya. Di dalam rundown, Elga menjadwalkan kepulangan kami
pukul 17.00 namun karena terlalu asyik di rumah Tondo akhirnya kami
menanggalkan rundown dan menikmati sore bersama sembari melihat hasil jepretan
selama di Gunung Andong.
Setelah hari mulai larut kami
berdua berpamitan dengan Tondo, dan melanjutkan perjalanan ke Jogja. Sekitar pukul
20.30 Aku sampai di rumah dan Elga pun pamit pulang ke kosnya. Dalam perjalanan, kami terus bercerita tentang perjalanan lintas propinsi ini. Semua cerita di dalamnya adalah LUAR BIASA.
Perjalanan ke puncak mengajarkan
kami banyak hal: Mensyukuri ciptaanNya yang Maha Sempurna, menyadari bahwa kita
hanya makhluk kecil yang seringkali sombong, Belajar arti persahabatan tentang
kesabaran, keteguhan hati, kebersamaan melewati segala kesulitan, menanggalkan
keegoisan, melipat gandakan toleransi untuk mencapai puncak bersama-sama.
Terimakasih telah menjemput dan mengantarkanku kembali ke rumah dengan selamat @ellgaeul.
Terimakasih atas jamuan makan malam dan sambutan hangat di rumah @thonthondo.
Terimakasih atas kesabaran kalian yang memberiku semangat untuk melanjutkan perjalanan dan tak mudah menyerah, menawarkan istirahat setiap 2 menit sekali karena napasku yang mudah terengah-engah, bersedia menungguku bobok siang di tengah perjalanan, membawakan tasku saat aku benar-benar keberatan dengan berat badanku, menawarkan uluran tangan untuk aku bangkit, selalu menoleh ke belakang dan menunggu langkahku yang pelan. Terimakasih untuk 2,5 jam perjalanan yang menambah arti persahabatan kita.
Lihat! : Rekam jejak Perjalanan Hati The Sweet ofTEA at Gunung Andong, Magelang.
Akhirnya kita menemukan satu aktivitas yang mempersatukan kita selain karaoke....yaitu NAIK GUNUNG!!!!! HAHAHA
Indah banget tempatnya.
BalasHapusPasti asyik disana :)
banget. Allah Maha Besar =) you should go there ;)
Hapus