Sabtu, 27 September 2014

Grey Area

Read first Chapter I

“Kau biarkan ku jatuh cinta tanpa ujung.”

Sepanjang perjalanan pulang dari malam perpisahan sampai ke rumahnya, Dewata terus saja tersenyum. Perasaan bahagia yang berbeda mulai dirasakan semenjak Ia mencintai Andrea..

Tahun Keempat

Selamat datang di tahun keempatku. Aku yakin pilihan untuk mempertahankan perasaanku ini tepat. Kini aku memang tak dapat melihatnya setiap hari. Aku mulai membiasakan diriku tanpa melihat wajah cantiknya setiap istirahat sekolah. Entah bagaimana aku akan bertahan, yang pasti hidupku harus terus berjalan.

Menanggung rindu yang tak terobati memang risiko seorang pemuja rahasia. Bulan demi bulan kulalui tanpa ada kabar darinya. Aku tak pernah bermasalah dengan itu, sampai masanya aku mulai lelah. Herannya aku tak pernah lelah mencintainya. Tak apalah, setidaknya masih ada akun facebook miliknya yang menjadi satu-satunya sumber informasi mengenai keberadaannya.

“Ngga...kamu tau sekarang dia dimana?”

“Terakhir status facebooknya bilang dia pindah ke Jakarta, El...”

“Kamu bisa ya... mendam cinta sama orang sampai 4 tahun. Sampai orangnya entah ngilang kemana. Kaya pemilu aja.. ati-ati loh Ngga, pemilu kurang setahun lagi.. kira-kira cintamu kurang setahun juga gak? Hehehe”

Elena dan Aini, dua sahabat yang suka sekali menggodaku tentang Andrea. Mungkin mereka heran, kenapa ada orang yang setia mencintai perempuan yang dulu tak pernah diajaknya bicara, bahkan sekarang sudah pergi meninggalkannya. Aku tak pernah berharap cintaku seperti pemilu. Sungguh, ucapan Aini benar-benar menyisakan tanya. Tanya yang belum terjawab sampai tahun keempat berlalu.

Sepucat bulan purnama
Segelap malam tergelap
Kubiarkan ku mencari
Hatimu yang tak pernah kau beri
Jika memang tiada harapan
Tunjukkan jalan keluar dari hatimu

Tahun Kelima

Setahun tanpa melihat wajahnya. Akan jadi seperti apa tahun kelimaku? Akankah aku mendapat kepastian atas perasaanku?? Walau tak pernah berharap dia membalas cintaku, setidaknya aku memang tak ingin terus terjebak di zona abu-abu ini.

Masih dengan kebiasanku, keluar dan menatap langit. Mencari bintang paling bersinar, menutup mata dan membayangkan Andrea berada di sampingku. Hal ini satu-satunya yang membuatku merasa kita tidak berada di tempat yang berbeda. Satu-satunya hal yang mampu mengobati rinduku padanya. Harus berapa malam lagi kuhabiskan untuk melakukan hal ini?

Are we off, are we on?
Is it right, is it wrong?
Not enough, or too far?
Can’t spend another night
We can’t stay in the grey area
It’s time for black or white

-Refresh Page-
                Andrea Prima Changed Her Profil Photo

Bukan main kagetnya Dewata ketika merefresh homepage facebooknya dan melihat perempuan yang dicintainya selama 5 tahun berfoto dengan cincin yang diberikan laki-laki yang berada di sampingnya.

"Apakah ini lelaki beruntung itu?" ucapku dalam hati. Aku benar-benar tak menyangka kisahku harus berakhir seperti ini. Kudapatkan jawaban atas pertanyaanku selama ini. Sepertinya perjalanan ini memang harus terhenti. Mungkin ucapan Aini tahun lalu adalah sebuah pertanda. Masa berlaku cintaku sudah habis dan aku tak kuasa untuk memperpanjangnya. Melihatnya bahagia meski bukan denganku adalah kalimat klasik yang hanya bisa kuucapkan kini. Inilah waktunya aku memilih hitam atau putih. Lepas dari zona abu-abu.

 ------------------------------------------000------------------------------------------------

Setelah tahun kelima berlalu Dewata mencoba merelakan Andrea, namun melupakannya adalah hal yang berbeda. Apalagi setelah kembalinya Andrea ke Magelang...

TO BE CONTINUED


Apakah ini akhir dari penantian Dewangga? Kenapa Andrea harus kembali di saat Dewangga telah memilih pergi? Tunggu kelanjutan dari cerpen ini...

Ost. : Jalan Keluar by Sheila On 7 & Grey Area by Sam Tsui
Cerpen ini masih dipersembahkan untuk sahabat saya Tondo dan terimakasih atas support dari sahabat saya, Elga =) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar