Selasa, 24 Juni 2014

It's Time To Say ...

Read first Chapter I and Chapter II


“...terimakasih telah membangunkan taman bunga di hatiku dan membiarkanku menjadi ratu di dalamnya.”

Sekarang mereka sudah bahagia. Orang yang dulu meninggalkanku dan orang yang telah ku abaikan cintanya. Aku harap kali ini adalah giliranku untuk bahagia... – Elena, 7 November 2013.

Stasiun Lempuyangan, 23 Juni 2014.

“Kota ini selalu menjadi tempat yang kurindukan... di sinilah aku menemukan dua orang terkampret yang ku kenal..” gumam Elena disusul dengan senyum simpul dari wajahnya. Perjalanan semalam benar-benar melelahkan, tapi semua sirna ketika Ia tahu akan bertemu dua sahabat yang menjadi alasan Ia kembali lagi ke Kota Pelajar ini. “Capek sih, tapi lebih baik aku jalan kaki saja, rindu ini membuatku ingin menikmati setiap langkahku di kota ini...

Sebelum kembali ke Yogyakarta, Elena menjalin sebuah hubungan manis dengan seorang pria. Lelaki yang ia sebut sebagai “orang itu” saat Jafran ingin mengutarakan perasaannya. Sudah lebih dari 6 bulan semenjak kejadian itu, terlebih hal ini tidak diketahui dua sahabatnya. Elena hanya bercerita lewat pesan singkat mengenai lelaki ini. Ia tahu benar bahwa dua sahabatnya akan menanyakan perihal hubungannya. Elena telah menyiapkan segalanya, termasuk hatinya.

TEA meet up

Ia berhenti sejenak. Bukan lelah, ia hanya butuh teman. Ia keluarkan handphone dan earphone dari saku kecil di tasnya. Kemudian lagu kesukaannya menjadi lagu pertama yang diputar sembari menikmati setiap keramahan langkah Yogya sore itu
Maybe I'm so blind or maybe we're the same
But either way I can't breathe
Either way I can't breathe
Orang yang Ia sebut sebagai pangeran, Ia datang ketika Elena tak sedang mencari. Malaikat yang berwujud manusia yang dikirim Tuhan ke bumi. Mungkin terlalu berlebihan, tapi inilah yang ia rasakan selama bersama lelaki ini. Orang-orang berkata bahwa cinta itu buta, tuli. Terkadang sampai tak menyadari bahwa cinta yang ia miliki bisa membunuh seseorang perlahan.

“ELENAAAAA!!!!” teriakan lantang dari.... “KALIAAAAN!!” sambut Elena berlari ke arah dua sahabatnya, Dewata dan Aini. Pelukan hangat yang sudah lama tak mereka rasakan menambah kesempurnaan kota Yogya saat itu. “Aku pikir datang berdua..” sahut Dewata dengan polos. Tampaknya raut muka Elena yang memerah kelelahan membuat Aini menyela pertanyaan Dewata dan segera mengajak mereka menuju tempat biasa mereka bertemu.

Berjalan kaki, rutinitas yang dulu sering mereka lakukan bersama. Dengan alasan yang sama, yaitu tak ingin mengkhianati jiwa backpacker mereka. Lucu memang, sampai sedewasa ini tingkah mereka tak ada yang berubah. Tak lama kemudian, Elena terdiam. Entah suara musik yang terlalu kencang atau suara mereka bertiga yang tiba-tiba menghilang. “Kenapa, El? Kamu capek?” Aini melihat Elena yang tiba-tiba tampak murung. Namun Elena hanya menggeleng dan melanjutkan langkahnya. 
I'm alive but I'm losing all my drive
'Cause everything we've been through
It's everything about you
Langkah demi langkah, akhirnya Elena membuka suara. “Aku jatuh cinta”. “Hahahaha... bukankah selama ini kamu memang sedang jatuh cinta?” balas Dewata dengan muka yang terlihat sedang menahan tawa. Rupanya mood Elena berubah, dari sekian tahun hidupnya baru kali ini wajahnya terlihat sangat serius. Elena malah melamun, tampaknya pada detik yang sama seluruh memori tentang malaikatnya muncul di kepalanya, memenuhi seluruh ruang jiwanya. “Kini aku hidup seperti sepatu usang yang ditinggalkan oleh kaki yang menuntunku. Mungkin karena terlalu banyak yang kita lalui bersama, dan semua itu tentangnya...” 
Seem to be a lie, a countless, twisted lie
That made me learn to hate you
I hate myself for letting it pass by
Dua sahabatnya terus membujuknya untuk berbagi cerita, sampai keluarlah satu kata dari mulut Elena. Ia meminta maaf. Rupanya Ia merasa bersalah karena tak sempat menceritakan sosok lelaki itu, bahkan kini setelah semuanya berlalu. “Apa maksudmu?” tanya Aini lirih. “Aku bisa saja ingat, namun aku memilih lupa. Setiap langkah yang kulewati hanya akan mengingatkanku padanya, dan aku ingin semua kenangan itu hilang layaknya jalan yang kuhapus dengan jejakku. Rasanya aku ingin membencinya namun aku terlalu lemah”
We're better off this way
We're better off this way
and It’s time to say.....

Dewata dan Aini terus bertanya dalam hati, bukankah orang itu adalah sosok malaikat baginya? Lalu kenapa Elena bisa sekalut ini ingin melupakannya? “Tahukah kalian? Satu kata yang tak ingin kudengar dari mulut seseorang setelah terakhir kalinya Hasfi yang mengucapkannya?” Dewata dan Aini terdiam.

“Elena, kamu tahu bahwa hariku lebih berwarna semenjak bertemu kamu. Namun atas segala yang pernah kita lewati bersama, aku harus mengatakan ini.... sepertinya ini saatnya aku mengucapkan selamat tinggal. Terimakasih telah menjadi putri untukku. Namun kamu pun tau alasanku pergi.” – kata-kata yang Elena takutkan selama ini akhirnya Ia dengar lagi, dan kali ini keluar dari mulut  Naftian.
“Tidak masalah kamu pergi duluan, aku akan menunggu sampai ada pertemuan di waktu berikutnya. Sekarang aku dan kamu jalan sendiri dulu. Sampai ketemu di puncak, ya. Entah di puncak gunung yang sama atau beda, kita lihat kelak”

Keduanya sepakat untuk berjalan sendiri-sendiri ke arah yang berbeda. Mereka yakin bahwa perpisahan selalu memiliki pesan, salah satunya agar mereka menghargai setiap pertemuan.
“Kamu datang saat aku tak sedang mencari. Kini kau pergi saat aku merasa sudah menemukanmu, terimakasih atas semua hal manis yang kau lakukan, terimakasih telah membangunkan taman bunga di hatiku dan membiarkanku menjadi ratu di dalamnya.” 
And every, everything isn't only what it seems
So hope these words that you never told me
It's time to say goodbye, it's time to say goodbye
         It's time to say goodbye, goodbye, goodbye
“Jadi, kau dan Naftian telah berpisah?” “Ya, begitulah...” “Ini adalah kisahmu, dan kau adalah orang yang paling berhak menentukan akhir dari semuanya.” Ucap Dewata kepada sahabatnya ini.  Elena tahu bahwa Ini memang kisahnya, namun yang menguasai takdir tetaplah Sang Maha Pencipta.

 ---------------------------------------------------------------------------------------
Begitulah akhir kisah Elena, Jika memang perpisahan dengan malaikat tanpa sayapnya hanya sementara, Ia berharap ditemukan kembali di waktu yang tepat. 
(OST: Goodbye by Secondhand Serenade)



#TributeToElga #ElgaMaulinaPutri =) thanks to #Tondo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar