Selasa, 06 Mei 2014

Musim yang Berlalu


“Akankah cintamu seperti musim? yang berlalu ketika datang musim yang baru?”

Peringatan Keras: Biar nyambung kaya sinetron kejar tayang mending baca dulu Chapter I di sini


Suatu sore di dalam kamar mungil Elena...

Senja mulai memerah menunjukkan kemegahannya, matahari kian tertunduk digantikan oleh barisan awan yang mempesona. “Semoga hari ini menjadi hari baikku..” ujar Elena bicara pada dirinya sendiri di depan cermin. Elena saat ini bukan Elena satu tahun yang lalu, saat hatinya keras bagai baja terhadap lelaki yang coba mendekatinya. Walau ia tak pernah bermaksud untuk menyakiti orang lain, ia hanya belum siap untuk menyerahkan hatinya pada lelaki manapun.

Namun berbeda semenjak kedatangan Jafran lelaki yang kini membuka mata Elena bahwa gadis itu tak perlu takut untuk memulainya dari awal. Jafran tahu benar sikap yang dilakukan Elena saat ini karena Ia ingin membentengi luka di hatinya yang belum sepenuhnya kering. Tak heran jika lelaki ini begitu sabar menunggu Elena sampai benar-benar siap menerimanya.

“Sore galak.. jangan lupa rambutnya disisir jangan kaya monster. Maaf gak bisa jemput,  ketemu di tempat biasa ya. Okay!”- Pesan singkat yang dikirim Jafran cukup membuat Elena nyengir dan tersenyum kecil sebelum dirinya berangkat ke tempat mereka janjian bertemu.
~~~
Siapa sangka Elena dan Jafran baru saling kenal kurang dari 4 bulan lalu. Menurut Jafran, Elena adalah sosok yang dipersiapkan Tuhan untuknya. Namun sampai sekarang hanya sinyal-sinyal perhatian yang diberikannya kepada Elena. Elena tak bisa menampik fakta bahwa dirinya merasakan kenyamanan saat bersama lelaki itu. Sore ini, Jafran berniat mengungkapkan perasaannya pada gadis itu. Dengan segala kemungkinan risiko terburuk siap ia terima. Di tempat mereka biasa bertemu, Jafran merencanakan semua ini...

“Hai.. Elena”sapa Jafran ringan kepada gadis itu.

“Hai Jafran jelek haha! Belaga kaya baru kenal, sini duduk...” – Elena menoleh ke arah Jafran, tawa yang renyah memecah keheningan hati Jafran.

“Elena, Ada yang ingin kusampaikan...” raganya mungkin ada di samping Elena, namun kakinya seolah ingin berlari secepat mungkin dari kursi tempatnya duduk.

“Serius banget Jaf? Eits!! Akupun punya cerita yang sangat menarik hatiku sore ini, tepatnya beberapa menit yang lalu.. sepertinya orang itu telah datang Jaf.... orang yang selama ini aku tunggu” Elena bersemangat, sorot matanya mulai berbinar. Jafran terdiam bingung. “..Baiklah Jaf, kau katakan dulu apa yang ingin kau sampaikan..”

Orang itu? Siapa orang itu? batin jafran mulai bergejolak. Dengan satu tarikan nafas panjang akhirnya Ia katakan pada Elena..

“Elena.. Aku sudah menyimpan ini sejak kali kedua kita bertemu, setiap bertemu denganmu batinku seakan berbisik padaku agar selalu menjagamu, aku selalu ingin melindungimu, menjadi bagian dari hidupmu.. Aku mengatakan ini tak bermaksud untuk memaksamu menjadi orang spesial di hatiku, karna sejak dulu kamu sudah menjadi orang spesial itu. Kamu adalah orang yang paling memahamiku, bahkan aku sempat ke-GR-an pada Tuhan karna menganggapmu adalah Jodohku. Tapi apapun yang akan kamu katakan setelah ini, tetap jadilah Elena yang aku kenal..”

“Itu, itu yang ingin aku katakan, Elena” Seakan batu besar keluar dari hati lelaki ini, rasanya lega sekali sudah jujur pada diri sendiri.

Elena terpaku, Ia tak pernah membayangkan bahwa hal ini yang akan dikatakan Jafran. “Jafran.. jujur aku tak bisa mengatakan banyak hal. Kamu baik sekali padaku, bahkan kamu adalah lelaki pertama yang aku sambut dengan ramah setelah kepergian Hasfi, kamu bahkan tak pernah lupa mengucapkan selamat pagi siang dan malam padaku, seperti sosok yang diharapkan Hasfi untuk menggantikannya. Namun Jafran, saat ini rasanya aku belum siap berhubungan dengan siapapun”. Elena menundukkan wajahnya, memainkan jemarinya dan merasakan kegugupan yang sama.

“Rasanya egois jika aku menanyakan arti perhatianmu selama ini, tapi aku sudah siapkan hatiku untuk menerima apapun jawabanmu.. Semoga lelaki beruntung di luar sana bisa membawamu melupakan masa lalumu. Jika kamu belum siap, maka aku tak akan memaksamu, karna aku tak ingin cinta ini seperti musim, yang berlalu ketika datang musim yang baru”.

Keduanya terdiam hingga tak sadar bahwa ada pengamen datang dari luar pintu kafe, seakan ingin ikut menyampaikan sesuatu. Karna jika ribuan kata tak bisa diungkapkan dengan baik, mungkin sebuah lagu bisa mewalikinya..

  Setelah kupahami.. Ku bukan yang terbaik.. yang ada di hatimu..
  tak dapat kusangsikan.. Ternyata dirinyalah yang mengerti kamu..  
  Bukanlah Diriku...
  Kini maafkanlah aku.. bila ku menjadi bisu kepada dirimu.
  Bukan santunku terbungkam, hanya hatiku berbatas
  tuk mengerti kamu.. Maafkanlah aku..
  Dan hanyalah dirimu yang mampu memahamiku.. 
  yang dapat mengerti aku..
  Meski hatiku menyayangimu.. Nurani membutuhkanmu.. 
  Ku harus merelakanmu..

Hingga lagu ini berakhir Jafran dan Elena masih beradu dalam keheningan. Mungkin mulut mereka diam, namun hati mereka saling bicara.
~~~
Di sinilah berakhirnya kisah Elena dan Jafran, meskipun pahit setidaknya Jafran tak harus hidup dengan rasa penasaran dalam batinnya.. kini jawaban atas pertanyaannya telah terjawab. Lalu, siapa “orang itu”? Apa mungkin Hasfi masuk kembali ke dalam hidup gadis ini, setelah setahun meninggalkannya? Temukan jawabannya pada Chapter III yang sekaligus menjadi akhir dari cerpen ini =) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar