“Akankah cintamu seperti
musim? yang berlalu ketika datang musim yang baru?”
Peringatan
Keras: Biar nyambung kaya sinetron kejar tayang mending baca dulu
Chapter I di sini
Suatu sore di dalam kamar mungil Elena...
Senja mulai memerah menunjukkan
kemegahannya, matahari kian tertunduk digantikan oleh barisan awan yang
mempesona. “Semoga hari ini menjadi hari baikku..” ujar Elena bicara pada
dirinya sendiri di depan cermin. Elena saat ini bukan Elena satu tahun yang
lalu, saat hatinya keras bagai baja terhadap lelaki yang coba mendekatinya. Walau
ia tak pernah bermaksud untuk menyakiti orang lain, ia hanya belum siap untuk
menyerahkan hatinya pada lelaki manapun.
Namun berbeda semenjak kedatangan
Jafran – lelaki yang kini membuka
mata Elena bahwa gadis itu tak perlu takut untuk memulainya dari awal. Jafran
tahu benar sikap yang dilakukan Elena saat ini karena Ia ingin membentengi luka
di hatinya yang belum sepenuhnya kering. Tak heran jika lelaki ini begitu sabar
menunggu Elena sampai benar-benar siap menerimanya.
“Sore galak.. jangan lupa rambutnya disisir jangan kaya monster. Maaf gak bisa jemput, ketemu di tempat biasa ya. Okay!”- Pesan singkat yang dikirim Jafran cukup membuat Elena nyengir dan tersenyum kecil sebelum dirinya berangkat ke tempat mereka janjian bertemu.
~~~
Siapa sangka Elena dan Jafran
baru saling kenal kurang dari 4 bulan lalu. Menurut Jafran, Elena adalah sosok
yang dipersiapkan Tuhan untuknya. Namun sampai sekarang hanya sinyal-sinyal
perhatian yang diberikannya kepada Elena. Elena tak bisa menampik fakta bahwa
dirinya merasakan kenyamanan saat bersama lelaki itu. Sore ini, Jafran berniat
mengungkapkan perasaannya pada gadis itu. Dengan segala kemungkinan risiko
terburuk siap ia terima. Di tempat mereka biasa bertemu, Jafran merencanakan
semua ini...
“Hai.. Elena” – sapa Jafran ringan kepada gadis itu.
“Hai Jafran
jelek haha! Belaga kaya baru kenal, sini duduk...” – Elena menoleh ke arah
Jafran, tawa yang renyah memecah keheningan hati Jafran.
“Elena, Ada yang ingin kusampaikan...” raganya mungkin ada di
samping Elena, namun kakinya seolah ingin berlari secepat mungkin dari kursi
tempatnya duduk.
“Serius banget
Jaf? Eits!! Akupun punya cerita yang sangat menarik hatiku sore ini, tepatnya
beberapa menit yang lalu.. sepertinya orang itu telah datang Jaf.... orang yang
selama ini aku tunggu” Elena bersemangat, sorot matanya mulai berbinar. Jafran terdiam
bingung. “..Baiklah Jaf, kau katakan dulu apa yang ingin kau sampaikan..”
Orang itu? Siapa orang itu? batin jafran mulai bergejolak. Dengan
satu tarikan nafas panjang akhirnya Ia katakan pada Elena..
“Elena.. Aku sudah menyimpan ini sejak kali kedua kita bertemu, setiap
bertemu denganmu batinku seakan berbisik padaku agar selalu menjagamu, aku
selalu ingin melindungimu, menjadi bagian dari hidupmu.. Aku mengatakan ini tak
bermaksud untuk memaksamu menjadi orang spesial di hatiku, karna sejak dulu
kamu sudah menjadi orang spesial itu. Kamu adalah orang yang paling memahamiku,
bahkan aku sempat ke-GR-an pada Tuhan karna menganggapmu adalah Jodohku. Tapi
apapun yang akan kamu katakan setelah ini, tetap jadilah Elena yang aku
kenal..”
“Itu, itu yang ingin aku katakan,
Elena” Seakan batu besar keluar dari hati lelaki ini, rasanya lega sekali sudah
jujur pada diri sendiri.
Elena terpaku,
Ia tak pernah membayangkan bahwa hal ini yang akan dikatakan Jafran. “Jafran..
jujur aku tak bisa mengatakan banyak hal. Kamu baik sekali padaku, bahkan kamu
adalah lelaki pertama yang aku sambut dengan ramah setelah kepergian Hasfi,
kamu bahkan tak pernah lupa mengucapkan selamat pagi siang dan malam padaku,
seperti sosok yang diharapkan Hasfi untuk menggantikannya. Namun Jafran, saat
ini rasanya aku belum siap berhubungan dengan siapapun”. Elena menundukkan
wajahnya, memainkan jemarinya dan merasakan kegugupan yang sama.
“Rasanya egois jika aku menanyakan arti perhatianmu selama ini, tapi
aku sudah siapkan hatiku untuk menerima apapun jawabanmu.. Semoga lelaki
beruntung di luar sana bisa membawamu melupakan masa lalumu. Jika kamu belum
siap, maka aku tak akan memaksamu, karna aku tak ingin cinta ini seperti musim,
yang berlalu ketika datang musim yang baru”.
Keduanya terdiam hingga tak sadar
bahwa ada pengamen datang dari luar pintu kafe, seakan ingin ikut menyampaikan
sesuatu. Karna jika ribuan kata tak bisa diungkapkan dengan baik, mungkin
sebuah lagu bisa mewalikinya..
Setelah kupahami.. Ku bukan yang terbaik.. yang
ada di hatimu..
tak dapat kusangsikan.. Ternyata dirinyalah
yang mengerti kamu..
Bukanlah Diriku...
Kini maafkanlah
aku.. bila ku menjadi bisu kepada dirimu.
Bukan santunku
terbungkam, hanya hatiku berbatas
tuk mengerti kamu.. Maafkanlah aku..
tuk mengerti kamu.. Maafkanlah aku..
Dan hanyalah
dirimu yang mampu memahamiku..
yang dapat mengerti aku..
yang dapat mengerti aku..
Meski hatiku menyayangimu.. Nurani
membutuhkanmu..
Ku harus merelakanmu..
Ku harus merelakanmu..
Hingga lagu ini berakhir Jafran
dan Elena masih beradu dalam keheningan. Mungkin mulut mereka diam, namun hati
mereka saling bicara.
~~~
Di sinilah berakhirnya kisah Elena dan Jafran, meskipun pahit
setidaknya Jafran tak harus hidup dengan rasa penasaran dalam batinnya.. kini
jawaban atas pertanyaannya telah terjawab. Lalu, siapa “orang itu”? Apa mungkin
Hasfi masuk kembali ke dalam hidup gadis ini, setelah setahun meninggalkannya?
Temukan jawabannya pada Chapter III yang sekaligus menjadi akhir dari cerpen
ini =)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar